[Lukisan cat air karya Silvia Purnama berjudul Pasar Terapung] Banda Aceh _ Tidak banyak dari para pelukis di Aceh yang sadar bahwa untuk ...
![]() |
[Lukisan cat air karya Silvia Purnama berjudul Pasar Terapung] |
Banda Aceh_ Tidak banyak dari para pelukis di Aceh yang sadar bahwa untuk membangun budaya produksi dan apresiasi terhadap karya seni, selalu dibutuhkan ruang produksi, ruang ekshibisi, program edukasi dan jalinan relasi. Tanpa itu semua, sepertinya mustahil bagi seniman atau dalam hal ini pelukis bisa tetap eksis dan punya misi serta visi untuk membangun ekosistem berkesenian. Hal ini berlaku juga bagi pemerintah melalui instansinya, yang terkadang hanya terjebak pada kerja-kerja lapiknya saja, tanpa adanya kesadaran untuk membangun ruang, melakukan edukasi dan membangun relasi, sebagai konstruksi dasar ekosistem seni.
Mengunjungi pameran lukisan Silvia Purnama yang diberi tema "Her Story" yang berlangsung di Kaye Studio and Gallery Beurawe, Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh siang ini (26/10/2022), saya dihadapkan pada dua gambaran tentang latar belakangnya sekaligus, yaitu sejumlah karya lukis yang punya kepekaan pada isu kemanusiaan, khususnya perempuan serta sejumlah kesadaran tentang pentingnya membangun ruang untuk melakukan edukasi dan menciptakan relasi dalam berkesenian.
Silvia Purnama adalah seorang pelukis wanita asal Aceh Selatan, yang mulai terlihat serius ingin menggeluti dunia seni lukis dan belajar secara khusus sejak ia mulai dekat dengan wanita asal Korea bernama Esther Lee, yang saat itu mendirikan studio dan galeri Esther's Fine Art di daerah Darussalam Banda Aceh. "Silvia mulai belajar melukis secara khusus pada tahun 2015 di tempat kami" ungkap Esther Lee yang ikut mendampingi acehmediaart.co saat menikmati satu persatu karya lukis Silvia Purnama pada pameran tunggal kali perdananya ini.
Sebanyak 28 karya lukis Silvia Purnama mulai dipamerkan dari tanggal 22 Oktober di Kaye Studio and Gallery milik Esther Lee bersama suaminya di Beurawe. Kaye Studio and Gallery sendiri adalah berupa ruko yang disewa untuk menjadi tempat workshop dan pameran karya lukis bagi anak didiknya serta seniman-seniman lukis di Aceh yang ingin berpameran.
Cukup berkualitas karya pelukis perempuan ini, meski terbilang sebagai pendatang baru. Pameran Silvia Purnama merupakan pameran perdana sejak tempat ini mulai disewa pada bulan ini. "setelah pameran Silvia ini, kita berencana membuat pameran selanjutnya, dari kawan kita yang juga pernah belajar pada tempat kami" ungkap Esther Lee, ketika ditanya program pameran selanjutnya.
Keberanian Esther bersama suaminya dalam menghadirkan studio dan galeri seni rupa di Aceh patut diacungi jempol, mengingat selama ini hampir tidak ada orang yang berfikir bahwa ruang seni semacam ini akan mampu menarik pengunjung dan mendapatkan keuntungan finansial. Meski demikian, nyatanya memang bukan perkara mudah menghadirkan masyarakat ke tempat pameran seni rupa. Hal ini diakui sendiri oleh Esther, yang sudah beberapa kali mengadakan pameran di Banda Aceh, dan sialnya, sampai sekarang juga masih sepi pengunjung.***
![]() |
(Foto bersama bu Esther di Kaye Studio and Gallery, Beurawe) |