Aceh _ Berita duka bagi masyarakat Indonesia, seorang tokoh seni Lukis Indonesia asal Takengon Aceh tutup usia. Beliau adalah Permadi Lyosta...
Aceh_ Berita duka bagi masyarakat Indonesia, seorang tokoh seni Lukis Indonesia asal Takengon Aceh tutup usia. Beliau adalah Permadi Lyosta, lelaki yang lahir di Takengon Aceh Tengah pada 25 November 1932. Beliau meninggalkan dunia pada pukul 13:30 WIB, genap pada usia 90 tahun di kampung halamannya.
Semasa hidupnya, lelaki asal Takengon Aceh yang karyanya pernah dikoleksi Museum Salvador Dali Madrid Spanyol ini telah melanglang buana hingga ke berbagai daerah dan negara, baik untuk belajar seni rupa ataupun untuk memamerkan karya-karyanya. Bukan hanya itu, Permadi Lyosta ternyata dikenal luas dalam dunia seni Lukis Indonesia karena keterlibatannya dengan Lembaga Lekra, yaitu satu lembaga yang pernah diklaim sebagai underbownya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Permadi Lyosta adalah anak tengah dari lima bersaudara, ia dibesarkan oleh keluarga petani Suku Gayo di Aceh. Keluarganya memiliki sawah dan ladang sendiri, tipikal rakyat Indonesia yang – meminjam istilah Soekarno – Marhaen, persis keadaannya seperti petani bernama Marhaen yang ditemui Soekarno di Jawa Barat.
Cerita permadi terjun dalam dunia seni rupa bermula jauh sebelum Indonesia diproklamirkan sebagai satu negara merdeka. Saat itu, melalui radio Rimba Raya dan orasi-orasi di lapangan, para pemimpin Indonesia ingin menyerukan bahwa negara Republik Indonesia masih berdiri, bahwa kemerdekaan Indonesia harus dipertahankan, dan bahwa mempertahankan kemerdekaan tidak hanya diusahakan oleh para pemimpin, tetapi juga oleh rakyat.
Sejak saat itu, Permadi kecil telah punya keyakinan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan banyak cara. Ia percaya bahwa rasa dan jiwa patriotisme serta nasionalisme tidak hanya dapat ditunjukkan melalui kesediaan mengangkat senjata untuk menghalau penjajah, tetapi rasa dan jiwa itu juga dapat mengalir melalui seni. Kecintaan Permadi terhadap seni dan perjuangan inilah yang kemudian mengantarkannya untuk menemui berbagai prahara hidup di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Bali dan Jakarta.
Singkat cerita, Permadi adalah salah satu pemimpin Lekra yang lolos dari pembunuhan massal di Bali dan kemudian tertangkap dalam Operasi Kalong di Jakarta. Nama Permadi disejajarkan dengan nama-nama tokoh Lekra lainnya, seperti Hendra Gunawan, Trubus, Rustamadji, C.J. Ali Marhaban, Sajono, Edhi Sunarso, Affandi, Sudarso, Setjojoso, Abas Alibasyah, Fadjar Sidik, Kusnadi, Nasir Bondan, Djoni Trisno, Soetopo, Chairul Bahri, Yuski Hakim, Martian Sagara, Trisno Sjawal, A. Rahmat (Samson), Ramli, Batara Lubis, Itji Tarmizi, Kristofer Latuputi, Asmun, dan Sahit.
Permadi sempat mendekam selama 13 Tahun di Pulau Buru bersama tahanan politik lainnya, sebelum akhirnya dilepas. Ia akhirnya diketahui berada di Takengon dan menghabiskan masa tuanya di Kampung halamannya itu. Dengan semangat yang masih menyala seperti halnya anak muda, ia masih terus melukis sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
“Sebulan yang lalu terakhir kali kami berbincang mengenai seni rupa, tentang rencana pameran bulan depan ke Jakarta. Meski beliau terlihat lemah karna kondisi sakit lansianya, namun semangatnya luar biasa” ungkap Kamar Agam, salah seorang pelukis Aceh yang kerap mengunjungi Permadi Lyosta di kampung Dedalu, Kec, Lut Tawar, Aceh Tengah. (DBS)
Selamat jalan maestro, tabek.!
Berikut adalah beberapa foto karya Permadi Lyosta: