Oleh: Dedy Afriadi, M.Sn* Pagi itu (Rabu, 14 Juni 2017) saya terjaga dari tidur. Ketukan pintu yang begitu pelan itu sebuah isyarat...
Oleh: Dedy Afriadi, M.Sn*
Pagi itu (Rabu,
14 Juni 2017) saya terjaga dari tidur. Ketukan pintu yang begitu pelan itu
sebuah isyarat dari seseorang untuk membangunkan dari tidurku. Perlahan tubuh
lelah ini mengumpulkan energi agar segera bangkit, beranjak dari sandaran Kasur
kapas dan segera membuka pintu. Pintu ku buka 2 sosok bertatap wajah. 6 pasang
mata sepakat sebentar lagi bertemu di kampus seni rupa.
Minggu ini
merupakan minggu terakhir perkuliahan. Ujian dan tugas-tugas serta presentasi
karya seni mahasiswa/i Isbi Aceh diuji dalam minggu ini. saya dan pak Ansar
Salihin sesaat lagi akan menilai ujian final mata kuliah nirmana 3 dimensi.
Dari ruang dosen
menuju kelas mahasiswa/i hanya berjarak 20 meter. Ketika sampai di pintu kelas,
saya dikejutkan dengan satu karya tergangantung rapi di sisi kanan papan tulis.
Karya ini adalah karya yang sedang hangat terjadi di kampus kami. Ini begitu
surprise. Teks dan konteksnya tepat. Sialan dalam hatiku. Nanti saya ceritakan
lebih lanjut tentang karya ini.
Kelas dibuka
oleh Pak Ansar. Beberapa mahasiswa/i tampak siap mengikuti ujian. Tumpukan
laporan tersaji di meja kami. Ujian hari ini adalah presentasi karya nirmana 3
dimensi (tugas kelompok). Kelompok pertama mempresentasikan sebuah karya dengan
bentuk konstruksi lampu. Mengambil material dari materi perkuliahan seperti
instruksi soal ujian. Material karya ini berupa kayu, paku, benang woll, tusuk
sate, dan sendok es krim.
Karya ini
disusun sedemikian rupa layaknya sebuah kap lampu raksasa dengan permainan
sinar yang beragam. Karya Ini cocok ditempatkan pada luar ruangan atau
taman-taman. Presentasi yang disajikan begitu baik. Pertanyaan dari mahasiswa
terkait presentasi karya ini hanya beberapa orang saja. Kami sebagai dosen
justru sangat tertarik agar karya ini segera dibuat dalam skala besar agar
dapat mengisi ruang kosong di kampus asri ini.
Kelompok kedua
mengangkat karya serupa dengan konstruksi berbeda. Bongkahan pohon dengan
bentuk ciamik berhasil direspon dalam karya ini. menggunakan material kayu,
paku, sedotan, sendok es krim, benang wool dan beberapa material elemen
pendukung. Sayangnya Komposisi karya ini terlalu padat dan sesak, sehingga menjadi
kurang tertata. Sekiranya ada beberapa elemen yang diminimkan dalam karya ini, maka menjadi sangat menarik.
Saran dari kami
terkait karya ini bahwa seorang seniman harus sadar kapan ia harus berhenti
dalam berkarya. Maksudnya, jika karya tersebut sudah sesuai ide dan target, alangkah lebih baik dicukupkan pengerjaannnya. Tidak dipaksa untuk melanjutkan.
Dalam kasus ini dikhawatirkan karya yang sudah sesuai dengan ide dan maksud
dari sebuah karya tidak keluar dari target yang dicapai.
Adapun karya
terakhir yang dipresentasikan adalah karya yang Lempap tadi di atas. Sebuah
karya kerja kelompok mahasiswa/i yang membuat sekelas surprise tadi. Berikut
adalah presentasi mereka terkait karya ini: "Asslamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Kami dari kelompok terakhir
akan mempresentasikan karya kami" ucap perwakilan dari mereka.
Pada tanggal 02
juni 2017, dimana kami mahasiswa/i ISBI Aceh melakukan unjuk rasa perdana dalam
rangka mendesak mundurnya rektor, bahwasanya ada ketidakpercayaan terhadap amanah yg
sudah dberikan kepadanya. Aksi unjuk rasa ini bertempat di depan Rektorat ISBI Aceh. Dasar kejadian itu saya dan kawan-kawan terinspirasi untuk membuat tugas
akhir nirmana 3D semester ini.
Dalam karya ini, bagian atasannya berbentuk awan dan bertuliskan "SAVE ISBI ACEH". Kemudian di bagian bawahnya terdapat susunan bunga terbuat dari sedotan yang dijahit dengan benang. Pada ujung bunga terikat
gambar yang berbentuk bermacam lambang sosial media seperti Facebook, line,
youtube, BBM, dan WhatsApp.
Dalam perangkaian
bunga-bunga tersebut, ada beberapa potongan kayu yang bertuliskan nama-nama mahasiswa/i Prodi
Kriya Seni Angkatan 2017, serta nama dosen pembimbing mata kuliah nirmana 3D. Bentuk awan bertuliskan "SAVE ISBI ACEH" pada
badan depan dan belakangnya seolah-olah diterbangkan ke langit yang diikuti
oleh ikon media sosial yang menggambarkan bahwa berita tersebut sedang booming atau hangat di sosial media. Adapun tujuan dari karya kami
tersebut untuk mengajak teman-teman semua agar menyelamatkan generasi-generasi selanjutnya.
Presentasi
singkat dari kelompok ini sangat bermakna di tengah angin rinbut dan awan hitam yang menyelimuti ISBI Aceh. Karya semacam ini sekaligus dapat mengajak banyak pihak agar
menyelamatkan lembaga perguruan tinggi seni agar lebih baik untuk masa depan
pendidikan seni di Aceh.
Setelah
presentasi selesai dipenghujung ujian, disepakati agar karya-karya terbaik dari
setiap mahasiswa/i dari karya awal hingga akhir akan dipamerkan kembali di
Gedung Rektorat ISBI Aceh dalam rangka menyambut mahasiswa/i baru angkatan
ke-empat. Selain untuk mahasiswa/i, pameran ini juga terbuka untuk umum sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas karya-karya yang lahir dari lembaga institusi
seni Aceh.
Kami sebagai
pengajar sangat mengapresiasi
karya-karya semester kedua ini. Karya mahasiswa/i angkatan ke-tiga ini jauh lebih
meningkat kualitasnya dalam berkarya. Artinya, karya dalam mata kuliah ini lebih
baik dari angkatan-angkatan sebelumnya. Semoga generasi penerus yang ingin
menempuh pendidikan seni di ISBI Aceh ke depan dapat bersaing dan menunjukkan
integritasnya dalam berkarya di Bumi Serambi Mekkah. Amin.
*Penulis
adalah Dosen di Jurusan Seni Rupa dan Desain Institut Seni Budaya Indonesia
(ISBI) Aceh


