Nuansa baru hadir pada perhelatan Launching Aceh Jazz Forum di Museum Tsunami Aceh pada 21 Mei 2017 kemarin. Aceh Jazz Forum adalah aca...
Nuansa baru hadir pada perhelatan
Launching Aceh Jazz Forum di Museum Tsunami Aceh pada 21 Mei 2017 kemarin. Aceh
Jazz Forum adalah acara yang digagas oleh beberapa forum musik yang ada di Aceh.
Mereka para yang terdiri dari musisi itu sepakat untuk menghidupkan kembali
forum musik seperti ini.
Perhelatan Launching malam itu sungguh
serasa special, dengan bergabungnya Polem di atas panggung jazz. Polem adalah
nama lain dari Yusuf Bombang, seniman pehikayat yang masyhur namanya di Aceh.
Kali ini, Dedy Kalee dari media
Seputar Seni Aceh (acehmediart.com) berhasil melakukan perbincangan kelas ringan
dengan pehikayat Aceh yang juga populer namanya dengan sebutan Apa Kaoy itu. Tentunya
sambil mengyeruput kopi. Ya, ini Aceh bung!
Berikut adalah petikan perbincangannya:
Assalamualaikum Polem, selamat malam?
Waalaikum salam, malam selamat, jawabnya.
Apa kabar Polem?
Kabar baik selalu, Alhamdulillah.
Terkait dengan acara malam ini yang melibatkan Polem, sebenarnya apa yang ingin disajikan Polem?
Saya disuruh nyanyi. Saya bilang
saya gak bisa nyanyi. Kalo hikayat oke saya bilang. Hikayat juga boleh kata
dia.
Tapi ini kan acara Jazz. Bagaimana itu?
Saya berhikayat. Mereka main
musik Jazz. Ya..silahkan saja. Saya tetap berhikayat.
hikayat jazz atau bagaimana?
Bicara masalah jazz kan gak harus
Afrika, Amerika atau dimana, di Cot Trieng sebenarnya sudah ada Jazz sejak
dulu. Cerita lebih lanjut tentang Jazz menurut Polem; Contoh saya bilang, itu
dalam seudati kalau menurut saya orang awam musik, sudah ada unsur Jazz di
dalamnya. Dalam rapai Pasee juga ada. Kalau tidak percaya tuntun Rapai Pasee secara
murni jangan Rapai Pasee yang dimainkan secara tidak murni seperti dalam acara PKA
atau acara ini itu lainnya. Tapi pergilahlah nonton Rapai Pasee yang
sebenarnya. Dalam Rapai Pasee sudah ada unsur Jazz-nya, itu dalam Seudati juga
demikian. Jangan di pikir gak ada. Dalam seni Meurukon di Aceh juga ada Jazz.
Nah itu menurut yang saya pahami. Kalo kita bicara terhadap orang-orang yang
belum pernah menonton seni Meurukon, belum nonton Rapai Pasee secara murni, gak
paham bagaimana Seudati, ya gak dapat dia rasanya.
Berarti Jazz ini juga jauh sudah ada dalam kehidupan masyarakat Aceh ya
Polem?
Iya, jauh sebelumnya sudah ada.
(Tiba-tiba perbincangan kami
terhenti karena deringan telepon).
Sebentar, Saya ada telpon ini, dari
siapa ini, mungkin dari ibu Walikota ini.
Angkat dulu Polem. Jawabku.
Polem: Haloo….Assalamualaikum. halow…. kajak laju ukeu panggong, bak sampeng panggong, bek likot panggong,
tapi keu panggong.
Nah kita lanjut lagi, terkait Hikayat, kira-kira berapa lama durasi
yang akan polem mainkan nanti?
Saya gak lama. paling tiga menit
atau empat menitlah. Saya akan angkat kembali cerita Hikayat Malem Diwa, cuplikannya
bagian Teungku Polem Peulot Manok.
Bisa diceritakan sedikit polem?
Teungku Malem ini asalnya di Kota
Piadah. Kota Piadah itu dahulu terkenal dengan wilayah Pasee. Ada satu Kerajaan
kecil namanya Nanggroe Piadah. Disitulah Malem Diwa bertempat tinggal. Malem Diwa
anak Raja Tampok. Jadi suatu hari dia pergi ke Keurutoe. Keurutoe itu tidak
jauh dari Kota Piadah. Jadi, dia bawa pulanglah dua butir telor. Dieramkan
telur itu pada ayam peliharaannya, lalu beberapa hari kemudian dia periksa dan
ternyata ada yang kom. Kom itu apa ya dalam Bahasa Indonesia-nya
tanyanya, cuma subutir yang ceh jadi
anak. Teungku Polem salah paham. Dia kira itu ayam jantan ternyata itu ayam
dara. O..o…..
Oya Polem, kita ingin tahu tentang pesan terkait dengan kegiatan ini. Bisa Polem paparkan sedikit?
Pesannya, agar generasi sekarang itu
menyukai hikayat. Jadi kita bungkus dalam musik Jazz. Walaupun saya sendiri
bukan musisi dan bukan penyanyi, tapi dengan arahan dari seorang Musisi Moritza
Thaher, katanya saya bisa. Oke kalo bisa, saya nyanyi. Begitulah kisahnya hingga
warna baru menghiasi acara sederhana ini.
Demikian saja perbincangan hangat Dedy Kalee dengan Polem malam itu. Selanjutnya, gara-gara pertunjukan singkat Polem, Dedy Kalee juga harus menemui Agam
Hamzah, selaku Musisi Jazz. Kita memerlukan pendapatnya, Lempap.
Berikut adalah wawancara singkat
Dedy Kalee dengan musisi jazz kenamaan itu:
Apa pendapat bang Agam Hamzah selaku Musisi Jazz ternama di Tanah Air
terkait dengan pertunjukan Polem di atas panggung Jazz tadi?
Pertunjukannya sangat menarik
sekali. Saya salut kepada Momo (Moritza Thaher) dan teman-teman yang memberikan
warna harmoni terhadap nyanyian Yusuf Bombang, sehingga menemukan satu warna dengan
harmoni yang khas.
Bagaimana pendapat abang Ketika Hikayat Aceh Dikaitkan dengan Jazz?
Cukup Match. Artinya cara menyanyinya itu punya alunan melodi yang khas.
Kemudian di re-harmonisasi sama Momo dengan rithem
jazz. Rithem swing. Itu luar
biasa menarik saya pikir. Tapi, mungkin kalau bisa lebih dalam lagi nuansa
bunyinya, jika rithemnya mungkin tidak memakai swing. Itu menurut saya. bisa
memakai rithem dari Aceh yang lebih khas.
Apakah kira-kira pertunjukan Yusuf Bombang semalam layak dibawa ke event
Nasional? Artinya muatan lokal yang dibawa ke Panggung nasional, semacam Jazz Festival?
Bisa saja masuk. Tetapi mesti ada
penggarapan yang lebih serius dan mendalam untuk menimbulkan kesan yang
mengigit, gereget lah. Sehingga terasa sebuah pertunjukan yang besar.
Perbincangan
singkat itu berakhir di sini. Kita bertemu dilain kesempatan, dengan perbincangan yang lebih cool lagi, untuk membuat anda semakin tegang dan membeku, wabakireuh.
