(Oleh Hardiansyah Ay)* Minggu, 21 Mei 2017 Aceh diselimuti dengan bunyi–bunyian Music Jazz atas dideklarasikannya sebuah komuni...
(Oleh Hardiansyah Ay)*
Minggu, 21 Mei 2017 Aceh diselimuti
dengan bunyi–bunyian Music Jazz atas dideklarasikannya sebuah komunitas Jazz
Aceh yang bertajuk “Aceh Jazz Forum Reborn”. Peristiwa ini membuktikan bahwa
music Jazz juga hidup di tengah–tengah masyarakat Aceh. Acara diawali oleh
sambutan ketua panitia Dindin Achmad kemudian dilanjutkan beberapa penampilan
dari musisi-musisi jazz Aceh. Agam Hamzah seorang gitaris Jazz kawakan
sekaliber musisi Jazz Internasional yang berdarah Aceh juga ikut memeriahkan
acara ini.
Berbagai Sub-genre Jazz pun disuguhkan,
mulai dari Latin Jazz, Funky, Soul jazz, Swing hingga Jazz rasa Aceh. Jazz
merupakan sebuah genre musik yang cukup lentur, Jazz dapat memuai dan
dikolaborasikan dengan musik dan dengan idiom-idiom bunyi apapun tanpa harus
menghilangkan identitas dan ciri khas bunyi masing-masing. Hal ini dibuktikan
oleh Yusuf Bombang dengan nama gaulnya “Apa Kaoy”. Cukup menarik, Yusuf Bombang
berhikayat yang dibalut dengan komposisi Jazz yang dirangkai oleh seorang
Keyboardist Moritza Thaher dan didukung oleh beberapa Musisi Jazz Aceh lainnya
seperti Maiwansyah (bass), Dedy mulia (Drum), Didin Achmad (Percusion).
Aksi mereka cukup menghipnotis para
penonton untuk masuk ke dalam ranah pertunjukan Free Jazz yang alot. Agam
Hamzah juga tidak mau kehilangan moment dalam kesempatan ini,
Agam Hamzah berkolaborasi dengan beberapa seniman tradisi Aceh yang dimotori
oleh Jamal Abdullah, dengan persiapan latihan yang cukup singkat mereka
melahirkan sebuah komposisi musik yang luar biasa. Petikan-petikan gitar Agam
Hamzah yang ciamik disandingkan dengan tiupan seurune kalee dan tetabuhan
perkusi Aceh seperti Rapai dan Geundeurang. Fantastis!! Pada malam itu
keduanya, Agam Hamzah dan Yusuf Bombang telah melahirkan sebuah komposisi Jazz
rasa Aceh.
Jazz dan Musik Tradisional
Jazz merupakan sebuah genre musik yang
lahir dari Blues yaitu sebuah musik tradisional Afro-Amerika dan juga terdapat
unsur musik Ragtime di dalamnya. Secara bentuk musik Jazz
tidak terdefinisi, sampai-sampai ketika seorang legenda musisi jazz sekelas
Louis Amstrong diberi pertanyaan apa itu jazz? Dia hanya dapat menjawab dengan
“jika kamu ingin tahu apa itu jazz maka dengarkan“. Jazz yang sangat
mengandalkan kemampuan improvisasi menjadikan genre ini dapat
digabungkan dengan unsur musik apapun, ciri khas yang dimilikinya menjadikan
musik ini berkembang sangat pesat dengan warna-warna baru mulai dari swing hingga
Jazz yang dikolaborasikan dengan musik tradisional.
Di Indonesia perkembangan
jazz sendiri sudah cukup mapan, musisi-musisi jazz Indonesia telah banyak
melahirkan musik jazz rasa Indonesia, pada tahun 1967, Tony Scott seorang
musisi jazz asal Amerika berkolaborasi bersama beberapa musisi Indonesia
seperti Jack Lesmana, Bubi Chen, Maryono, Benny Musthapa dan Jopie Chen, dengan
nama grup Tony Scott and Indonesian All Star melahirkan beberapa rekaman musik
jazz rasa Indonesia dengan salah satu karya andalan mereka berjudul Djanger
Bali. Begitu juga dengan grup Krakatau, sebuah grup Fusion Jazz yang sangat
popular ditahun 80’an dengan salah satu albumnya yang diberi judul “Two
World”. Hingga saat ini jazz terus mengayomi berbagai jenis musik yang
ada di Indonesia.
Dalam sebuah perbincangan dengan Agam Hamzah yang
kira-kira isinya begini “jazz bertindak sama seperti musik tradisi dalam
perlakuannya, setiap pemain meluapkan bunyi dengan berbagai ekspresi individunya, dibarengi dengan kemampuan penyampaian kalimat-kalimat musik
dengan segala tekniknya yang matang, dilakukan dengan spontan atas empiris
bunyi yang mereka dapat, begitulah seharusnya kita dalam memahami jazz.
Akhirnya tulisan singkat ini ingin menceritakan tentang akan tumbuhnya sebuah warna musik baru yang berangkat dari musik
tradisi, untuk menjadi referensi dan barometer sebuah komposisi musik bagi generasi
Aceh kedepan. Semoga.
*Penulis adalah Dosen di Jurusan Seni
Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh.