JANTHO _ Senin pagi suasana gedung rektorat ISBI A ceh tidak seperti biasanya , b eberapa orang tampak s eperti s edang bersiap menya...
JANTHO_Senin pagi suasana gedung rektorat ISBI Aceh tidak seperti biasanya, beberapa orang tampak seperti sedang bersiap menyambut
tamu. Seragam
adat Aceh
yang dan beberapa mahasiswa yang sedang memegang alat music tradisional seperti rapai, gendeurang dan seurune menjadi semacam penanda. Pagi itu aku langsung mencoba
bergabung di
keramaian itu dan melihat bahwa
tamu pun sudah berada di sana. Suara seurune kalee pun melengking, penari terlihat sudah bersiap
melenggak. Tidak
terkecuali tamu yang langsung merapat.
Pagi ini seorang professor ternama dari Amerika datang ke sini berkat inisisasi
dari koordinator
Prodi Seni Karawitan Dindin ahmad M.Sn.
Profesor tersebut adalah Prof. Anne K Rasmussen, seorang guru besar musik etnomusikologi bidang
kajian Timur Tengah, direktur William and mary midle easter music ansamble
at the college of willian and mary williamburg Virginia, serta president the society for musicology USA. Ia datang untuk satu perkuliahan yang diadakan di Aula kampus A ISBI Aceh. Selain Profesor itu, turut hadir juga Ustadz Ali Muntasar, seorang penghikayat, seumapa, dan vokalis lagu-lagu Timur Tengah, pak Samsul putra Adnan PMTOH, penerus tradisi lisan. Juga hadir agamawan dan Teuku Ahmad Dadek, putra kota Johan Pahlawan Meulaboh (ketua Dewan Kesenian Aceh Barat yang juga kepala BAPPEDA Aceh Barat.
Dalam Kuliah Umum ini, Prof Anne memulai dengan
mengucapkan penghormatan akademis dan kebudayaan kepada civitas akademika ISBI Aceh. Kesan pertama
ketika beliau menginjakan kaki di bumi serambi mekkah ini memang agak berkesan. Ia mengatakan ingin
tinggal lebih lama untuk mencoba membuat riset beberapa kesenian islami yang
ada di Aceh. “Saya tertarik Aceh karena ada pengaruh
dari Timur Tengah, apakah masih ada
sirkulasi musik-musik, dan pukulan alatnya, untuk dijadikan bahan riset,
sehingga dapat mengetahui lebih lanjut tentang pendidikan islami Aceh” kata Prof Anne.
Prof.
Anne menjelaskan tentang
bagaimana perjalanan islam di Nusantara dari Arab, Persia, dan india melalui peta yang ditampilkan dalam bahan presentasinya. Selama
ini penelitian Prof. Anne memang sudah melakukan penelitian di Jakarta, Kalimantan, dan
selawesi untuk mengikuti Ibu Maria,
yang membimbing orang-orang mengaji dalam kegiatan MTQ. Menurutnya Prof. Anne, seni
vokal Qiraah adalah salahsatu seni paling
tinggi di dunia. “Ya, di
sini kita dapat mengetahui bagaimana vokal diolah secara teratur dengan berbagai irama dan
lagu,
sehingga bagi orang yang ikut mendengarkan menjadi tertarik utnuk mencoba
mengetahui” ungkap Prof. Anne.
Sebuah buku dengan judul woman the recited quran
and Islamic in Indonesia yang
ditulisnya diperlihatkan Prof. Anne. Dijelaskannya tentang bagaimana women and music and islam. Dicontohkan
dengan lagu-lagu qasidah ibu-ibu, shalawatan, serta pengajian-pengajiaan. “Indonesia sangat beragam. Kesenian dapat
bersimbiosis dengan baik terhadap lingkungannya” tambahnya. Dijelaskan juga tentang bagaimana agama
bisa masuk dalam festival, dan
tentang bagaimana agama dan negara bisa mengelola event nasional dan bisa
dirayakan. “Kegiatan
religi dan sikap saling menghormati sangat baik di negeri ini. Latar belakang
kebudayaan Arab
begitu akrab
di sini. Bagi saya, baik di masjid-masjid, pesantren, dakwah-dakwah, majlis-majlis dan
lain-lain. Di sini inspirasi saya muncul untuk meneliti lebih lanjut” tambah Prof. Anne lebih lanjut.
Dipaparkan juga
bahwa seorang peneliti dalam bidang etnomusikologi tidak hanya sibuk pada
catatan-catatan, wawancara, buku-buku, seminar-seminar melainkan pada riset main musik. Ia juga harus menjadi Partisipan dan membantu sebuah riset. “Seorang peneliti seperti
saya pun sering mendengar (zikir, bacaan quran) bagaimana musik bisa bermakna, dapat
diterima oleh masyarakat” paparnya.
Prof. Anne juga memberikan contoh lagu-lagu qiraah yang terjemahkan melalui “gambus atu uud” dan tentang bagaimana lagu
bayati, hijas, perpindahan kord dan juga menyanyi salawat. “Membuat sebuah performance untuk dipresentasikan dari
hasil sebuah riset, juga merupakan sebuah kesenangan yang ilmiah. Inilah pentingnya peran
peneliti,
yaitu bisa mempraktekkan apa yang di telitinya. Musik adalah Bahasa yang universal” paparnya lagi.
Hampir satu jam penuh Prof. Anne memaparkan materinya. Kini, giliran sesi Tanya jawab. Tiga penanya
dipersilahkan moderator. Saya termasuk yang mendapat
kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan saya terbilang simple: “Apa yang melatar
belakangi Prof. Anne untuk meneliti lebih lanjut tetang Islamic music. Padahal amerika
merupakan gudang pop dunia. Anak muda Indonesia sendiri lebih dominan pada
music popular?” Tanya saya.
Mengenai pertanyaan saya, Prof. Anne pun menjawab dengan singkat. Dia mengatakan bahwa
musik harus
alami. Ada
satu kebudayaan yang dihilangkan, kita harus memanggil testimoni terdahulu di zaman modern ini. “Gambus nenek segala
gitar, seurune jadi obo. Oleh kebudayaan Arab kami ada di semua orchestra. Alat modern
bersumber dari Arab” jelasnya. Sebuah
jawaban yang lumayanlah menurut
saja, he.
Setelah sesi Tanya jawab selesai, acara pun akhirnya ditutup dengan jamm sesion oleh prof anne, dosen dan mahasiswa. Mereka
kemudian berada dalam satu panggung berkolaborasi. Saya sendiri mengambil bagian untuk
meniup seurune kale yang lama tak tersentuh. Rapatlah barisan dalam alunan nada dan dakwah kali ini.***(DedyKalee)