JANTHO _ Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjaminan Mutu Pendidikan yang disingkat LPPMPMP membuat agenda kegiatan...
JANTHO_Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjaminan Mutu Pendidikan yang disingkat LPPMPMP membuat agenda
kegiatan berupa pelatihan sosialisasi penulisan proposal penelitian, karya
seni, dan pengabdian kepada masyarakat di kampus ISBI Aceh. Acara yang berlangsung pada hari Jumat dan
Sabtu siang (14-15 april 2017) dan dibuka oleh rektor ISBI
Aceh ini merupakan langkah awal bagi dosen ISBI Aceh untuk
berpartisipasi mengikuti riset dalam bidang seni di lingkungan kementrian riset
teknologi dan pendidikan seni.
Adapun narasumber
yang dihadirkan pada acara ini adalah Dr. Nasrul Arahman, ST, MT, kepala unit
pengelolaan jurnal dan reviewer Universitas Syiah Kuala. Paparan materi yang di sampaikan terbilang menarik. Menurutnya, penelitian adalah sebagai “kanot bu” bagi yang sudah memilih profesi sebagai dosen. Dalam istilah lain, penelitian adalah sebagai lahan yang dapat mendatangkan rezeki
unlimited. “Sekilas lalu mungkin penelitian untuk mendapatkan uang melimpah hanyalah sebuah
guyonan, akan
tetapi dengan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sebuah kampus dapat
diukur keberadaannya dalam memajukan generasi bangsa yang lebih baik” paparnya.
Ia juga mengatakan bahwa dosen sebagai pelopor dan
harus dapat mencipta laboratorium. Dalam kasus penelitian seni, Dr. Nasrul
memberi sebuah contoh proposal seni yang pernah didanai oleh DIKTI, yaitu tari saman
untuk tuna netra. Seni bagi kebutuhan orang-orang khusus. Judul proposal ini
menarik bagi reviewer untuk
melanjutkan risetnya, karena ada sesuatu yang baru
yang didapatkan. Tari saman yang mendunia katanya tidak lagi
semata-mata menjadi milik orang Aceh. Dalam hal ini, beliau
mengungkapan bahwa setiap insan yang tertarik untuk
belajar akan selalu dituntut untuk melakukan riset terlebih dahulu.
Lebih lanjut Dr. Nasrul juga memberikan trik-trik membuat proposal
yang bagus, yaitu dimulai dari format proposal, mencari judul penelitian, membuat abstrak,
pendahuluan (latar belakang,rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian),
kajian pustaka (road map jika ada), metode penelitian, jadwal kegiatan, daftar
pustaka, lampiran (biodata, anggaran, sarana dan prasarana, job description). Ia juga menjelaskan tentang substansi
dari proposal yang nantinya diharapkan dapat melahirkan karya original, bukan
menggulang penelitian, selalu menjaga kebenaran dan manfaat serta makna dari penelitian. Selain itu, juga dijelaskan mengenai hasil yang tidak menyesatkan, meneliti secara cermat, tepat, teliti, benar dan juga bertanggung jawab
secara akademis dan secara moral
atas karya penelitian.
Kegiatan yang digagas
oleh LPPMPMP ini telah menunjukkan
bahwa banyak hal yang harus dipelajari kembali dalam
memulai sebuah tulisan yang berkualitas. Di sini, kita seakan juga diarahkan
untuk merancang strategi membuat proposal yang berkualitas. Terdapat juga coaching clinic dan presentasi proposal oleh
peserta pelatihan yang difokuskan dalam bidang seni dalam acara ini. Peserta dalam program ini seakan diharapkan untuk dapat menghasilkan suatu karya riset yang berciri baru dan merupakan penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat dan tidak meniru karya orang lain.
Intinya,
sebuah penelitain dalam bidang seni harus memuat informasi
dan ilmu baru ketika sudah dituliskan.
Agenda pelatihan
penulisan ini pun sepertinya belum
berakhir di dalam ruang indoor, karena Dr. Nasrul akhirnya kami ajak ke tepi sungai Jalin. Di
sana, selain untuk menjamunya
dengan makan siang di hulu Krueng Aceh, juga untuk
melanjutkan diskusi itu kembali. Tentunya dengan suasana yang lebih cair dan canda tawa. Dr. Nasrul yang merasakan suasana seperti tanpa
berjarak itu menggantung harapan besar kepada dosen-dosen ISBI Aceh. Ia berharap agar di tahun 2018 mendatang, dosen-dosen ISBI Aceh menjadi penerima dana hibah dari dikti. “Kuncinya adalah rajin membuat proposal dan sharing, jangan mudah menyerah dan terus
mencoba” kata Dr. Nasrul. Yang
lebih terharu, beliau juga bersedia
membantu untuk memeriksa dan memberi solusi dalam membuat
proposal yang baik. “Penelitian dengan judul seni memberikan peluang yang cukup besar untuk
lolos proposal dan penelitian hibah dosen. Jangan jadi dosen jika tidak ada
penelitian. Guru saja sekarang sudah meneliti lho” sambungnya. Ha.ha.ha..Sepertinya ia menyindir dosen jadi-jadian
alias kawe.
Di pinggir sungai Jalin ini, rasanya tidak habis-habisnya muara
diskusi untuk
mendapatkan ilmu jika diteruskan. Namun waktu memang terbatas. Semoga hal yang begini
selalu menjadi permulaan bagi kami sebagai calon peneliti
untuk terus berjuang demi pendidikan seni Aceh yang berkualitas dan bermantabat. ***(dedy kalee)

