Sebuah aktivitas unik mewarna kampus ISBI Aceh hari ini (4/11/2017), tepatnya di jurusan Seni Rupa dan Desain atau yang akrab kami sebu...
Sebuah aktivitas unik mewarna kampus ISBI Aceh hari ini (4/11/2017), tepatnya di jurusan Seni Rupa dan Desain atau yang akrab kami sebut dengan kampus B. Ya, sederatan mahasiswa Seni Murni semester 4 sedang sibuk merespon dua pohon di lingkungan kampus. Saya ikut nimbrung mengamati aktivitas mereka yang sangat mencolok itu. Pada pohon, rupanya tersangkut harapan sebuah objek yang indah dan bermakna. Tentu saja itu adalah ujian mid semester yang ditugaskan oleh dosen pengampu pak Drs. Salaudin dan Dani Daoed, dalam mata kuliah Ragam media.
Saat ini perkuliahan sudah memasuki minggu kedelapan. Mid semester yang ditugaskan kali ini adalah merespon lingkungan sekitar kampus. Ujian ini masing-masing dibagi dalam 2 kelompok kerja. Per timnya adalah 6 orang. Tiap tim ditugaskan membuat karya dengan tema yang berbeda.
Tim pertama dikoordinir oleh Ogut. Tim ini mengangkat judul “merebut kemerdekaan”. Mereka membalut seluruh pohon dengan kain merah putih dan di atasnya dirancang sebuah tiang memakai bahan tandan kelapa. Kita tidak tahu apa yang melatarbelakangi mereka untuk membuat karya semacam ini. Bisa saja memori kolektif mereka itu tentang 17 Agustus, bisa jadi, atau, yasudahlah, biarkan dosen pengampunya yang menilai. Proses pengerjaan outdoor itu tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa lainnya. Beberapa mahasiswa dari Program Studi Kriya dan DKV terlihat ikut serta untuk membantu proses pengerjaan karya ini.
Di lain tempat, tim kedua yang mengangkat tema “alam liar” pun tidak kalah unik, beberapa kain terlihat sedang disusun pada batang dan ranting ranting. Tali temali diikat seperti akar yang menjulang. Sontak saja, itu mengingatkan saya pada sebuah event pameran hari bumi yang berlangsung pada tanggal 22 April nanti.
Mengenai karya yang dibuat itu, Dosen Pengampu Mata Kuliah ini yang saya wawancarai menjelaskan, bahwa materi seni rupa tidak hanya berupa dua dimensional saja, ia bisa banyak dimensi, katanya. Di sini, saya sendiri melihat bahwa mahasiswa dan mahasiswai seakan dituntut agar dapat merespon media yang ada disekitarnya. Kayu, batu, kain perca, ranting pohon, dan lain sebagainya adalah bahan-bahan yang memang kerap dijadikan karya dalam bentuk tiga dimensi. Proses semacam ini bertujuan agar mahasiswa tidak terlalu terpaku pada ruang studio untuk menghasilkan karya seni. "Dengan mata kuliah ini semoga mahasiswa dapat merespon dan belajar banyak pada alam dan masyarakat" ungkap pak Drs Salaudin, salah seorang Dosen Pengampu Mata Kuliah ini.
ISBI Aceh yang baru memasuki 6 semester ini memang terkendala dalam hal sarana dan prasarana. Seni, tentu saja hadirnya masih dipertanyakan. Mata kuliah Ragam Media terlihat jelas masih seperti Mata Kuliah asing dan tabu untuk dipraktekkan. Namun seiring waktu, ketika memasuki minggu kedelapan ini, ketertarikan mahasiswa dan mahasiswi seperti menanjak. Saya menjadi saksi tekun mereka dalam bereksplorasi kali ini.
Dalam pekerjaan seni, ruang dan kesempatan untuk bekerjasama memang sangat dibutuhkan. Mengolah, hingga kemudian mempresentasikan pada khalayak ramai adalah tugas bersama. Terlepas ini adalah sebuah tugas wajib di kampus, mahasiswa dan mahasiswi seni harus punya taste pada alam, seni, dan pada sesama manusia. Selamat berkarya.***
Tulisan oleh Dedy Kalee