YOGYAKARTA _ Meski Bencana di Pidie Jaya telah lama berlalu, dan tahun baru 2017 telah datang dengan milyaran percikan kembang api yang...
YOGYAKARTA_ Meski Bencana di Pidie Jaya telah lama berlalu, dan tahun baru 2017 telah datang dengan milyaran percikan kembang api yang menyambutnya, bukan berarti kepedulian pun ikut pupus setelah itu. Dari Langit Art Space, kembang api kepedulian kembali dinyalakan para seniman Yogyakarta.
Penggalangan dana untuk korban gempa di Pidie Jaya baru saja usai dilakukan oleh ratusan pelukis Yogyakarta tadi malam (1/6/2017). Uang sejumlah 47.128.800 terkumpul cuma-cuma dari mereka yang bergerak dengan hati terdalamnya. "Seniman harus selalu berada di garda terdepan dalam hal kepedulian" ucap Como Sriyono Hadi Putro, pemilik Galeri Langit Art Space dalam kata sambutannya.
Lelaki yang akrab dipanggil pak Como itu juga mengatakan, bahwa mulai sekarang, Langit Art Space juga menjadi Langit Art Peduli, dan secara resmi juga menjadi poskonya seniman Yogyakarta untuk aktifitas peduli pada kemanusiaan, alam, dan kearifan lokal.
Acara penutupan posko di Galeri Langit Art Space tadi malam selain diisi dengan kata sambutan, penyerahan bantuan pada perwakilan masyarakat Aceh, dan makan makanan tradisional Jawa, juga diisi dengan pelepasan kembang api sebagai simbol semangat, titik kemanfaatan, dan rasa peduli seniman.
Sebelumnya, Ratusan seniman terlibat dalam aksi galang dana yang difasilitasi Langit Art Peduli ini. Penggalangan dana dilakukan dengan melukis wajah di titik nol kilometer Yogyakarta dan pameran lukisan bersama di Galeri Langit Art Space. Sejumlah sketsa dan lukisan yang terjual menjadi dana bantuan pada korban gempa Pidie Jaya.
Ali Umar, inisiator dan sekaligus kordinator Posko Langit Art Peduli untuk Aceh mengungkapkan, bahwa ia amat sedih ketika bencana kembali menimpa Aceh pada Tanggal 7 Desember 2016 tersebut. Air mata Umar bisa serta merta jatuh ketika mendengar lagu Aceh yang berjudul "Aneuk Yatim", lagu yang dinyanyikan Rafly Kande. "Saya bisa menangis mendengar lagu Aneuk Yatim" ungkap Ali Umar kepada Pemimpin Redaksi Acehmediart.com.
Bencana yang terjadi pada Aceh kali ini memang bukan saja telah menimbulkan korban masyarakat Aceh semata. Satu keluarga yang berasal dari kampung halaman Ali Umar, Padang, juga ikut tertimbun reruntuhan gempa ketika berada di Pidie Jaya untuk menemani mempelai pria dalam resepsi pernikahan, yang rencananya akan dilangsungkan pagi sebelum gempa mengguncang.
Di Kantor Redaksi acehmediart.com, Ali Umar juga mengungkapkan tentang sejumlah kawan sewaktu kuliahnya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang berasal dari Aceh. "Beberapa kawan kuliah saya dulu berasal dari Aceh. Ketika mendengar kabar tentang bencana yang terjadi lagi di Aceh, saya teringat mereka. Semoga mereka sehat dan diberikan umur panjang" ungkapnya.***