YOGYAKARTA __ Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta adalah festival film pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara, yang khusus menan...
YOGYAKARTA__ Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta adalah festival film pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara, yang khusus menangani film dokumenter. FFD dilaksanakan secara rutin setiap tahun di bulan Desember berturut-turut semenjak tahun 2002. Program kompetisi tahun ini terhitung sebagai tahun dengan jumlah submisi film tertinggi.
Pada tahun ini juga, kembali dua karya sineas muda Aceh didikan Yayasan Aceh Documentary masuk nominasi FFD. Kedua film tersebut adalah "1880 MDPL" dan "Setitik Asa dari Kita". "1880 MDPL" adalah film yang menceritakan Merah Jemang, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah. Desa ini juga termasuk daerah transmigrasi yang dibuka pada tahun 1997. Sekian tahun mendiami desa tersebut, para trasmigran yang akhirnya jenuh pun mencari sampingan untuk menutupi kebutuhan mereka yang lantas memaksa mereka untuk membuka lahan baru di hutan. "1880 MDPL" adalah karya dari Riyan Sigit Wiranto dan Miko Saleh. Film ini sebelumnya juga pernah masuk nominasi dokumenter pendek FFI (Festival Film Indonesia) 2016.
Sementara itu, "Film Setitik Asa dari kita" menceritakan seorang penderita thalassemia yang berjuang dengan keterbatasan perekonomian keluarganya, sehingga menghambat proses pengobatannya. Film ini juga merupakan film finalis Aceh documentary Junior 2016. Demikian itu, film finalis lainnya yaitu "Galian C", "Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jendral", dan "Waktu Makan" dari CLC Purbalingga, ditambah dengan film dari cilacap yaitu "Arang Bathok". Film-film itu berkompetisi dalam program dokumenter pelajar.
Seperti yang diketahui, FFD merupakan Festival Internasional yang digerakkan oleh Forum Film Dokumenter yang merupakan lembaga yang fokus pada media dokumenter di Indonesia. Forum Film Dokumenter bergerak untuk mengembangkan infrastruktur dokumenter melalui workshop, pengarsipan, pemutaran dokumenter, dan festival film dokumenter. Forum ini berdiri sejak 2002 di Yogyakarta dengan nama Komunitas Dokumenter, kemudian pada tahun 2013 berganti nama menjadi Forum Film Dokumenter.
Pada tahun ini juga, kembali dua karya sineas muda Aceh didikan Yayasan Aceh Documentary masuk nominasi FFD. Kedua film tersebut adalah "1880 MDPL" dan "Setitik Asa dari Kita". "1880 MDPL" adalah film yang menceritakan Merah Jemang, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Aceh Tengah. Desa ini juga termasuk daerah transmigrasi yang dibuka pada tahun 1997. Sekian tahun mendiami desa tersebut, para trasmigran yang akhirnya jenuh pun mencari sampingan untuk menutupi kebutuhan mereka yang lantas memaksa mereka untuk membuka lahan baru di hutan. "1880 MDPL" adalah karya dari Riyan Sigit Wiranto dan Miko Saleh. Film ini sebelumnya juga pernah masuk nominasi dokumenter pendek FFI (Festival Film Indonesia) 2016.
Sementara itu, "Film Setitik Asa dari kita" menceritakan seorang penderita thalassemia yang berjuang dengan keterbatasan perekonomian keluarganya, sehingga menghambat proses pengobatannya. Film ini juga merupakan film finalis Aceh documentary Junior 2016. Demikian itu, film finalis lainnya yaitu "Galian C", "Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jendral", dan "Waktu Makan" dari CLC Purbalingga, ditambah dengan film dari cilacap yaitu "Arang Bathok". Film-film itu berkompetisi dalam program dokumenter pelajar.
Seperti yang diketahui, FFD merupakan Festival Internasional yang digerakkan oleh Forum Film Dokumenter yang merupakan lembaga yang fokus pada media dokumenter di Indonesia. Forum Film Dokumenter bergerak untuk mengembangkan infrastruktur dokumenter melalui workshop, pengarsipan, pemutaran dokumenter, dan festival film dokumenter. Forum ini berdiri sejak 2002 di Yogyakarta dengan nama Komunitas Dokumenter, kemudian pada tahun 2013 berganti nama menjadi Forum Film Dokumenter.