"jika kau tahu di mana suara ibu, tolong beri tahu aku!" Fuady menutup cerpennya berjudul berburu suara ibu. Cerpen yang pernah...
"jika kau tahu di mana suara ibu, tolong beri tahu aku!" Fuady menutup cerpennya berjudul berburu suara ibu. Cerpen yang pernah dimuat di harian Serambi Indonesia ini, bercerita tentang seorang ibu yang mempertahankan suaranya yang merdu untuk tidak dijual, setelah orang nyaris sekampung menjualnya ke partai.
Hingga akhir cerita, ibu masih menyembunyikan suaranya. Bercorak surealis, cerpen ini menguatkan alasan bahwa, jual-beli suara sudah lumrah dalam pertarungan pemilu. Namun demikian, tidak semua orang mau menjual suaranya. Contohnya ibu. Fuady adalah salah seorang pendiri Komunitas Kanot Bu yang sehari-hari bermusik dan juru hikayat. Menulis cerpen adalah kegemarannya yang lain. Seungkak Malam Seulanyan adalah lini aksi yang ia gawangi. Teks yang lahir dari tangan Fuady dengan deskripsi teduhnya, ternyata belum cukup memaknai kenyataan sebuah cerpen. Adalah Cut Aya Sofia, komikus perempuan yang tergabung dalam Club Komik Panyot Aceh, memvisualisasikannya dengan gambar bercorak ilustratif.
Dengan pendekakatan visual, Cut ingin menyampaikan kembali dalam bentuk senyata mungkin. Suasana kampung saat pagi, dapur di rumah panggung dan segala atmosfer kampung direka ulang dalam gambar karena teks membatasi indera visual. Tanpa berkeinginan menafsir teks berlebihan, cergam ini usaha kecil menambah koleksi buku bergambar yang lahir dari perupa Aceh tanpa donatur mana pun. Akhirnya cerpen berburu suara ibu menjadi cergam. Dilihat dari bentuk ilustrasinya, cergam ini jauh dari kesan cerpen berat yang simbolik. Malah bahkan, cocok dikonsumsi anak-anak dan remaja tanggung. Fuady dan Cut adalah dua kutub yang bertemu di batas teks dan visual tanpa saling intervensi. Teks cerpen utuh, visualisasi mengiringinya saja.
Cergam ini diterbitkan oleh Panyot Komik Aceh dengan 30 halaman lebih. Karena keterbatasan dana, maka dicetak terbatas. Rencananya, cergam ini akan diperjualbelikan sepaket dengan kaos. Harga cergam ini Rp. 20.000. belum termasuk kaos. Namun, bukan soal komersil yang menjadikan cergam ini menarik bagi saya. Upaya-upaya kecil begini justru besar efeknya di tengah bualan-bualan raksasa konsepsi senirupa Aceh. Demikian.
Idrus bin Harun (Jamaah Komunitas Kanot Bu Banda Aceh)
