Tragik adalah sebuah upaya melihat dunia dan tidak bisa menolak dunia yang dihuninya akibat berada dalam dunia yang telah distruktur....
Tragik adalah sebuah upaya melihat dunia dan tidak bisa menolak dunia yang dihuninya akibat berada dalam dunia yang telah distruktur. Lima pelukis Aceh memberi pesan kepada pemerintah lewat lukisannya yang bertema pembangunan. Iswadi Basri, Idrus bin Harun, Ruben, Arnis dan zahrul sedang sibuk menyelesaikan tiga lukisan yang bertema pembangunan kota banda Aceh di kawasan Taman Sari. Tiga lukisan tersebut memiliki karakter dan konsep masing-,asing, dalam menyampaikan pesan kepada pemerintah.
Cek Is (Iswadi basri) lewat lukisannya mengajak kita untuk mengenang tentang cita-cita tokoh Aceh yang telah berfikir dan berbuat dengan sepenuh hatinya untuk pembangunan Aceh dari masa ke masa, lewat ilustrasi tokoh Aceh di bagian bawah lukisannya. Walaupun mereka telah tiada tapi cita2 mereka tidak boleh kita lupakan.
Pesan selanjutnya yang disampaikan tertuju kepada pemerintah sekarang dan yang akan datang, dalam membangun kota banda Aceh. Gedung-gedung pencakar langit yang terbuat dari buku dan manuskrip-manuskrip yang berdiri tegak layaknya gedung di Ibukota membahasakan sebuah harapan kepada pemerintah untuk terus membangun kota Banda Aceh tanpa harus menggadaikan norma-norma agama, kearifan lokal dan ilmu pengetahuan demi sebuah kemegahan yang akan menjadi simbol kapitalis.
Lukisan kedua hasil kolaborasi dua pelukis muda, yaitu "Idrus dan Zahrul". Poskolonial adalah istilah yang tepat untuk membahasan makna yang tersirat dari lukisan tersebut. Simbol kemegahan dan kekuasaan dari gedung yang ditampilkan, jelas terlihat pemberontakan pelukis terhadap penghuni gedung harapan masyarakat yang belum bisa mmberikan kesejahteraan kepada rakyat dengan menggunakan simbol keran air yang tidak dapat mengaliri air yang bersumber dari gedung semangka yang airnya manis dan segar, yang berasal dari petani.
Sebab dan akibat yang disampaikan dari lukisan idrus dan zahrul dapat dilihat dari kota yang terbalik akibat praktek kolonialis dari gedung semangka. Kota terbalik dapat dimaknai dengan kehancuran sebuah peradaban dan terbentuknya struktur beafikir masyarakat yang negatif kapada pemerintah akibat dari praktik kolonialis pemerintah itu sendiri. Selain itu, kota terbalik dengan warna buram juga membahasakan kekumuhan, dan kumuh adalah sumber penyakit. Gedung semangka dan kota terbalik adalah suatu pemandangan yang kontras di dua sisi pada kehidupan pejabat dan masyarakat.
Lukisan yaang terakhir merupakan karya duo pelukis muda 'Ruben dan Arnis', yang juga bertema pembangunan kota banda Aceh. Mereka menggunakan konsep pop-art. Lukisan ini lebih berbicara tentang lingkungan anak yang dirampas oleh kemegahan kota, tidak ada lagi ruang anak untuk bermain dan mengenal lingkungannya. Perpaduan antara gedung bertingkat dan puzzle sangat meresahkan si anak hingga mereka meraba mainan mereka yang terhimpit gedung. Dengan kata lain, berilah ruang bermain kepada anak, jangan rampas hak mereka atas nama pembangunan.
Lukisan kedua hasil kolaborasi dua pelukis muda, yaitu "Idrus dan Zahrul". Poskolonial adalah istilah yang tepat untuk membahasan makna yang tersirat dari lukisan tersebut. Simbol kemegahan dan kekuasaan dari gedung yang ditampilkan, jelas terlihat pemberontakan pelukis terhadap penghuni gedung harapan masyarakat yang belum bisa mmberikan kesejahteraan kepada rakyat dengan menggunakan simbol keran air yang tidak dapat mengaliri air yang bersumber dari gedung semangka yang airnya manis dan segar, yang berasal dari petani.
Sebab dan akibat yang disampaikan dari lukisan idrus dan zahrul dapat dilihat dari kota yang terbalik akibat praktek kolonialis dari gedung semangka. Kota terbalik dapat dimaknai dengan kehancuran sebuah peradaban dan terbentuknya struktur beafikir masyarakat yang negatif kapada pemerintah akibat dari praktik kolonialis pemerintah itu sendiri. Selain itu, kota terbalik dengan warna buram juga membahasakan kekumuhan, dan kumuh adalah sumber penyakit. Gedung semangka dan kota terbalik adalah suatu pemandangan yang kontras di dua sisi pada kehidupan pejabat dan masyarakat.
Lukisan yaang terakhir merupakan karya duo pelukis muda 'Ruben dan Arnis', yang juga bertema pembangunan kota banda Aceh. Mereka menggunakan konsep pop-art. Lukisan ini lebih berbicara tentang lingkungan anak yang dirampas oleh kemegahan kota, tidak ada lagi ruang anak untuk bermain dan mengenal lingkungannya. Perpaduan antara gedung bertingkat dan puzzle sangat meresahkan si anak hingga mereka meraba mainan mereka yang terhimpit gedung. Dengan kata lain, berilah ruang bermain kepada anak, jangan rampas hak mereka atas nama pembangunan.
Ketiga lukisan tersebut memberikan pesan kepada pemerintah dalam upaya membangun kota yang madani. ingatlah jasa pahlawan dan cita2 mereka, jangan menjadi kolonial atas nama pembangunan, dan janganlah rampas hak anak-anak atas nama pembangunan.



