Yogyakarta– Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh ikut memeriahkan Parade Teater Kampus Seni Indonesia (PTKSI) 2016, yang diadakan ...
Yogyakarta– Institut
Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh ikut memeriahkan Parade Teater Kampus Seni Indonesia (PTKSI) 2016, yang diadakan di Yogyakarta. Acara tersebut berlangsung di Desa Panggungharjo, Jaranan, Sewon, Bantul. Dengan tema "Titer Kelakon Kanthi
Urup", PTKSI tahun ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat kecil.
Acara yang berlangsung dari tanggal 30 September sampai dengan tanggal 2 Oktober 2016 ini mampu menarik perhatian warga di sekitar acara tersebut diadakan. Menurut Maulana, ketua Panitia PTKSI, “Acara ini berangkat dari kegelisahan, mengingat hari ini masyarakat kembali mulai terasing dan menganggap bahwa seni pertunjukan tidak ubahnya sebuah ruang selebrasi (perayaan) saja yang secara manfaat, tidak lebih dari sekedar hura-hura. Untuk menentang presepsi itu maka dirasa perlu untuk mengadakan sebuah acara yang dapat membuktikan bahwa kesenian itu memiliki nilai manfaat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari” ungkapnya.
Acara yang berlangsung dari tanggal 30 September sampai dengan tanggal 2 Oktober 2016 ini mampu menarik perhatian warga di sekitar acara tersebut diadakan. Menurut Maulana, ketua Panitia PTKSI, “Acara ini berangkat dari kegelisahan, mengingat hari ini masyarakat kembali mulai terasing dan menganggap bahwa seni pertunjukan tidak ubahnya sebuah ruang selebrasi (perayaan) saja yang secara manfaat, tidak lebih dari sekedar hura-hura. Untuk menentang presepsi itu maka dirasa perlu untuk mengadakan sebuah acara yang dapat membuktikan bahwa kesenian itu memiliki nilai manfaat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari” ungkapnya.
Tahun ini yang berpartisipasi antara lain ISI
Jogja, ISI Solo, ISBI Bandung, IKJ Jakarta, STKW Surabaya, AKMR Riau, dan ISBI
Aceh. Dengan adanya mahasiswa seni yang seharusnya memiliki wawasan dan peran
yang lebih baik secara keilmuan maupun pengadian maka atas nama mahasiswa seni
teater menyatukan visi dan misi bersama dalam bendera Keluarga Mahasiswa Seni
Teater Indonesia (KMSTI). Beraneka ragam pertunjukan yang di tampilkan di
antaranya seperti Musik Etnik, Monolog, Pantomim, Teater dan lain sebagainya.
PTKSI kali ini adalah partisipasi perdana oleh
Mahasiswa ISBI Aceh dengan menampilkan Monolog yang lebih dikenal seni tutur PM. TOH (Hikayat) yang bentuk
penampilannya One Man Play dan
dipadukan dengan bentuk teater modern. Pada bagian awal dan akhir pertunjukan
memakai bentuk teater tradisi dan pada bagian akhir memakai bentuk teater
modern.
Kata Mirja Irwansyah, sutradara monolog mahasiswa ISBI Aceh “kami mengangkat cerita ini karena telah memudar di telinga orang-orang, bahkan di Aceh sekalipun banyak yang tidak mengetahui cerita ini. Berangkat dari problema tersebut melalui media teater, kami bermaksud untuk memperdengarkan kembali kisah mengenai Putroe Neng yang terjadi di daerah Aceh pada abad ke- 11” tuturnya.
Warga desa Panggungharjo begitu terhibur melihat penampilan pelakon mahasiswa ISBI Aceh (Muammar)
yang menceritakan tentang cerita Putroe
Neng. Putroe Neng adalah kisah tentang seorang wanita negeri Tiongkok berpangkat Jenderal,
yang kalah ketika berperang melawan pasukan Sultan Meurah Johan di Aceh Besar, dikisahkan tentang Putroe Neng yang kemudian dinikahi Sultan. Namun sungguh di
luar dugaan, bahwa ternyata terdapat racun paling mematikan dalam kemaluan
perempuan cantik asal Cina tersebut, hingga menyebabkan Sang Sultan meninggal
membiru di malam pertamanya. Tidak cuma sultan, bahkan 98 lelaki lainnya juga
ikut tewas di malam pertamanya ketika mempersunting Putroe Neng ini. Malam
pertama adalah malam terakhir bagi setiap lelaki yang menikahinya. Itu terjadi
sebelum seorang yang bernama Teungku Syiah Hudam mempersuntingnya. Sang Teungku
yang pandai ilmu agama itulah yang mengeluarkan racun dalam kemaluan Putroe
Neng. Begitu dikisahkan oleh Muammar mahasiswa ISBI Aceh.
Pementasan yang dilakukan malam itu terbilang cukup menghibur, karena selain kisah yang ditampilkan unik, penonton yang hadir pun terlihat sangat menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini tentu juga dipengaruhi oleh adanya interaksi antara penonton dan pelakon. "Pertunjukannya unik, kita bisa terhibur dan bisa ikut terlibat untuk menghibur diri sendiri" kata seorang penonton yang hendak pulang ketika pertunjukannya telah usai.