Banda Aceh - Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Nur Maida Atmaja kecewa terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dinas Kebudayaan...
Banda Aceh - Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Nur Maida Atmaja kecewa terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Aceh dalam penyelenggaraan even Aceh International Rapa'i Festival (AIRF 2016).
Menurutnya, DISBUDPAR dalam menyelengarakan even besar seperti ini sangat minim berkomunikasi dengan DKA. Pernyataan itu ditulis Nur Maida Atmaja dalam grup WatsApp yang bernama Seniman dan Budayawan Acheh, serta telah disebar ke beberapa media sosial lainnya.
"Saya selaku Ketua Dewan Kesenian Aceh kecewa dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh DISBUDPAR Aceh dalam penanganan even besar ini, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagai pihak penyelenggara. DISBUDPAR minim komunikasi dengan Dewan Kesenian Aceh" tulisnya.
Dalam tulisan itu, Nur Maida Atmaja juga menegaskan, bahwa jika nantinya terjadi kesalahan-kesalahan teknik dan konplain masyarakat serta seniman Aceh atas even itu, ia mewakili DKA tidak bertanggungjawab. "Maka ketika nantinya terjadi kesalahan-kesalahan teknik dan konflin masyarakat serta seniman Aceh pada even Rapa'i dunia ini, Dewan Kesenian Aceh tidak bertanggungjawab." tegasnya.
Sementara even Aceh International Rapa'i Festival (AIRF 2016) menuai banyak kritik dari orang-orang yang terlibat dalam dunia kesenian Aceh. Beragam kritikan itu muncul dalam media-media sosial. Ada yang mengkritik mengenai tidak adanya foto tokoh-tokoh rapa'i Aceh dalam media promosi acara. Ada juga yang kemudian melebar, mengkritik berbagai even yang pernah diadakan DISBUDPAR. Menurut mereka, banyak even yang diadakan oleh DISBUDPAR hanya menghabiskan dana dan tidak berakhir sebagai acara yang baik.***
Tapi meunurot lon, nyan karena jareung silaturrahmi mantong, jadi tanyoe ka seureng tameupeugah-peugah meulikot karena rindu that meurumpok. Yang paloejih, tanyoe ka han beuhe peugah meukeue le. Padahai tanyoe pun meusyahra, dan saboh tujuan untuk the light of aceh. kon meunan ilee?