Yogyakarta _ Sebagai kota pendidikan, budaya dan juga pariwisata, di Yogyakarta terdapat berbagai suku dan jenis kebudayaan yang berasa...
Yogyakarta_ Sebagai kota pendidikan, budaya
dan juga pariwisata, di Yogyakarta terdapat berbagai suku dan jenis kebudayaan yang
berasal dari berbagai daerah, baik dari Dalam Negeri maupun Mancanegara. Orang-orang
yang berkunjung ke sini tidak saja dalam rangka menikmati pesona objek
keindahan semata, namun juga untuk menuntut ilmu dan berdagang. Manusia yang
berasal dari Aceh terbilang tidak sedikit di sini. Menurut data yang diperoleh organisasi
induk Taman Pelajar Aceh (TPA) Yogyakarta, pada tahun 2004 saja, setelah
tsunami melanda Aceh, terdapat sekitar 6000 an masyarakat Aceh di Yogyakarta. Angka
tersebut terus meningkat berkali lipat setelah penandatanganan perjanjian damai
antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia. Kondisi yang aman,
perekonomian yang mulai pulih dan adanya program beasiswa bagi anak-anak aceh dari
pemerintah pusat dan daerah, telah memberi pengaruh yang sangat besar pada
peningkatan jumlah masyarakat Aceh yang memilih Yogyakarta sebagai kota tujuan.
Banyaknya masyarakat Aceh di sini bisa kita
lihat dari hadirnya berbagai warung yang menjual minuman dan makanan khas Aceh.
Masyarakat Aceh pada malam hari lebih banyak berkumpul di tempat-tempat makan
ataupun tempat-tempat ngobrol yang nyaman. Berbagai isu ataupun program terkait
Aceh ikut dibincangkan di sana. Isu budaya dan politik adalah yang paling besar
porsinya dibandingkan dengan isu-isu lainnya. Adapun salah satu tempat alternatif
untuk berkumpul masyarakat Aceh di yogyakarta adalah meunasah Aceh. Tempat yang
disewa untuk menjadi ruang belajar agama dan silaturrahmi masyarakat Aceh ini
digagas pada tahun 2012 oleh beberapa orang tua Aceh yang rindu terhadap spiritualitas
seperti di Aceh, dan ingin agar banyaknya masyarakat Aceh di Yogyakarta juga
harus diseimbangkan dengan hadirnya ruang-ruang keAcehan.
Berbagai macam aktivitas budaya yang terkait
nilai-nilai Islam diadakan di sini. Mulai dari pengajian, maulid, ceramah
agama, majlis dalail khairat, hingga arisan. Dalail khairat dan pengajian
adalah kegiatan yang selalu rutin diadakan tiap minggunya, oleh karena
anggotanya yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Besarnya animo masyarakat,
terutama mahasiswa Aceh yang sedang menuntut ilmu di yogyakarta dalam mengikuti
aktivitas relius ini diapresiasi oleh Teungku Bustami, salah satu penggagas dan
sekaligus Teungku di Meunasah Aceh perantauan tersebut. Bagi Teungku Bustami,
fenomena ini terbilang luar biasa, mengingat dari tahun 93 beliau telah
terlibat dalam hal semacam ini di Pulau Jawa. “kamoe dari thon 93 (1993) ka
meupeuget acara semacam nyoe di Jawa, tapi nyan mandum hana trep bertahan,
karena krisis anggota. Jinoe nyoe ka luar biasa, karena ka rame aneuk mahasiswa
terlibat. Lumayan, ka berjalan peut thon” ungkap Teungku Bustami dalam bincang-bincang
dengan beberapa mahasiswa yang menemuinya usai acara dalail khairat keliling di
asrama Aceh Sabena, Yogyakarta.
Ditemui redaksi acehmediart.com di asrama Sabena,
disela-sela perbincangannya dengan mahasiswa yang membahas tentang persiapan
acara maulid dan adanya siraman rohani sebelum dalail khairat dimulai, Teungku
Bustami terlihat sangat senang dengan berbagai masukan yang diberikan oleh para
mahasiswa. “nyankeuh lagee nyoe nyang kamoe harapkan. Kamoe pane na ek meupike
lom, ka tuha” ungkap beliau kepada mahasiswa yang memberi masukan tentang
format Dalail Khairat ke depan.
Acara Dalail Khairat yang digagas sebagai media
untuk bersilaturrahmi sesama masyarakat Aceh di Yogyakarta ini terbilang
menarik, mengingat anggota yang mengikuti acara ini tidak hanya yang berada di Yogyakarta,
namun juga dari berbagai kota lainnya di Pulau Jawa. Acara Dalail Khairat
keliling ke tiap asrama kendati baru pertama kali diadakan, telah berhasil menyedot
perhatian mahasiswa Aceh yang berada asrama-asrama Aceh di yogyakarta. Ketua asrama
Aceh Sabena Yogyakarta Abdurrahman Sayuti mengungkapkan, bahwa acara semacam
ini perlu mendapat tempat di tiap-tiap asrama mahasiswa Aceh lainnya, mengingat
ini adalah acara yang sangat positif. “tanyoe wajeb tasupport acara lagee nyoe,
supaya aneuk Aceh yang menuntut ilmu semangat hudepjih sejalan dengan
nilai-nilai agama, sabe tingat keu Tuhan dan nabi” ungkap Sayuti yang ditemui
acehmediart.com ketika sedang memasak menu kuwah leumak, yang nantinya akan
dihidangkan kepada majlis Dalail Khairat.
Dari pengamatan acehmediart.com yang
berada di tempat acara Dalail Khairat berlangsung, yaitu pada jam 21:20 WIB, Jumat malam
(26/11/2015), lebih dari 40 peserta ikut andil dalam acara Dalail Khairat keliling ini. Dalail Khairat keliling rencananya akan terus
berlangsung ke asrama-asrama maupun tempat-tempat berkumpul populer masyarakat
Aceh di Yogyakarta. Program ini diharapkan selain untuk mengikat tali sulaturrahmi, juga menjadi media untuk terus mengingat
kebesaran tuhan dan juga untuk memberi semangat ataupun pencerahan pada
masyarakat Aceh yang berada di luar aceh, baik yang sedang menuntut ilmu
ataupun yang sedang mencari nafkah buat keluarga. Harapan tersebut disampaikan
oleh Teungku Bustami, menutup perbincangan dengan para mahasiswa dan wartawan
acehmediart.com. (Tu-)
Foto-foto acara (oleh Raden):