Sebagai suatu agenda rutin, otakku damai dan merdeka adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk merawat perdamaian Aceh dari luar ...
Sebagai suatu agenda rutin, otakku damai dan merdeka adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk merawat perdamaian Aceh dari luar Aceh. Diinisiasi oleh sekumpulan pemuda dan mahasiswa Aceh di Yogyakarta yang tergabung dalam tu-ngang institute, kegiatan ini telah berlangsung selama tiga kali berturut-turut.
Perdamaian terakhir antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia di Helsynki pada tanggal 15 Agustus 2015 telah menjadi momen penting atas beralihnya cara-cara barbarisme menjadi aktifitas-aktifitas budaya untuk membangun Aceh. Momen perdamaian yang berlangsung itu tepat sehari sebelum peringatan kemerdekaan Indonesia berlangsung. Otakku damai dan merdeka berangkat dari antara keduanya, yaitu kata damai dan merdeka. Ia hendak menjadi isi dari perjanjian damai dan kemerdekaan sejati, dengan aktifitas-aktifitas beradap, yang dihasilkan oleh kebebasan berfikir dan tindakan damai (baca: Merdeka dalam berfikir dan damai dalam bertindak).
Kali ini, genap 10 tahun perdamaian Aceh berjalan, kegiatan otakku damai dan merdeka sebagai suatu rutinitas tahunan yang selalu dirayakan dengan gembira itu akan kembali diadakan. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya, di mana diskusi tentang Aceh digelar dan juga dirayakan dengan ritual puncak yang dinamakan kritik tubuh. Kritik tubuh adalah aktifitas cat tubuh di mana setiap masukan sampai kritikan baik dalam bentuk pantun, puisi, hadih maja, gambar, maupun bentuk-bentuk simbolik lainnya akan dituangkan pada tubuh peserta acara.
Ini adalah keempat kalinya acara ini diadakan tu-ngang institute di Yogyakarta. Pada momen yang akan berlangsung tanggal 16 Agustus 2015 di asrama Aceh Sabena ini, peserta akan dituntut keseriusannya untuk memikirkan suatu solusi atau kritik membangunnya untuk Aceh. "Mereka harus menyiapkan satu karyanya yang akan ditampilkan pada medium (baca: tubuh). Selanjutnya itu semua akan kita dokumentasikan dalam katalog khusus" kata Iskandar Ishak, Direktur Tu-ngang Institute.
