penampilan tari ratoh ie di cook & Phillip Aquatic Centre, Australia Australia__Peringatan 10 tahun smong/tsunami yang diadakan o...
Australia__Peringatan 10 tahun smong/tsunami yang diadakan oleh Suara Indonesia dance and friends di Australia diisi dengan berbagai penampilan seni bernuansa Aceh. Seni tari tradisional dan kontemporer Aceh menjadi persembahan utama pada acara tersebut.
Salah satu persembahan yang istimewa adalah tampilnya tari Ratoh air (ie), yaitu satu bentuk tarian yang diinspirasi dari tragedi naiknya air laut dalam skala besar di Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Tarian yang dimainkan dalam air tersebut ditata oleh Murtala, salah satu koreografer Aceh yang sekarang menetap dan mengajar tari di Sydney, Australia.
"Ide tarian ini dari tragedi tsunami. Puncak dari tari duduk adalah trance, yaitu satu hubungan antara manusia dan Tuhan, nah konsep ini yang kita yakini bahwasanya korban tsunami Aceh, mereka berzikir di dalam air raya itu" ungkap Murtala menjawab pertanyaan acehmediart.com melalui pesan singkat via akun facebook pada jumat sore (26/12/2014).
Suara Indonesia Dance dan penari-penari yang berasal dari Sydney tampil menarikan tarian ratoh ie ini dalam air pada sebuah kolam di Cook & Phillip Aquatic Centre sebelah Katedral St Mary di dekat Hyde Park pada Jumat (26/12) Jam 01:30 pm.
Selain penampilan tari, Acara yang berlangsung dari Jam 01:00 pm sampai dengan jam 02:00 pm tersebut juga menampilkan Musisi Sawong Jabo untuk membacakan puisi "Aceh kembali berseri", dan juga menampilkan Rhythm Hunters, salah satu grub musik yang giat mengangkat materi-materi tradisi yang berasal dari Indonesia, Jepang, Afrika dan Australia. Rhythm Hunters berhasil membawakan dua lagu Aceh dengan mengharukan, sebelum menutupnya dengan lagu salam dunia.
Alfira O'Sullivan, artistic director Suara Indonesia Dance yang sekaligus penggagas acara ini mengungkapkan bahwa "memperingati korban juga mengingat orang-orang yang bekerja membantu Aceh. Ini ucapan terimakasih secara langsung dari kami. Acara ini sangat dekat dengan hati kami, karena saya keturunan Aceh dan suami saya Murtala adalah orang Aceh tulen" tulis Alfira, yang bapaknya merupakan keturunan Australia dalam fanpage Commemorating ten years since the Tsunami in Aceh.