Zacky Rizki Ibrahim adalah pemuda kelahiran Suak Indra Puri, Meulaboh, Aceh Barat, 23 Juni 1988. Lelaki yang sempat dibesarkan di empat...
Zacky Rizki Ibrahim adalah pemuda kelahiran Suak Indra Puri, Meulaboh, Aceh Barat, 23 Juni 1988. Lelaki yang sempat dibesarkan di empat daerah berbeda (Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Utara dan Aceh Selatan) ini mulai berkenalan dengan dunia puisi saat masih berumur belasan tahun. Keluarganya adalah pecinta seni. Membaca buku-buku Khalil Gibran, Umberto Eco dan Pablo Neruda merupakan awal ketertarikannya pada dunia sastra khususnya puisi. Tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer, FIkar W Eda, Saut Situmorang, Sapardi Djoko Damono, W.S Rendra dan beberapa penyair Indonesia lainnya telah memperkuat kecintaannya pada sastra Indonesia. Kendati demikian, sejak dari pertama mengenal sastra, lelaki yang juga menggemari filsafat, sejarah dan kebudayaan sejak mulai kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) jurusan Ekonomi ini tidak langsung punya keinginan untuk menuliskannya. Pada tahap ini, ia lebih memilih untuk menikmatinya sebagai pengalaman estetis yang renyah, ketimbang membuang waktunya dengan menulis. Baru setelah memasuki Sekolah Menengah Atas ia mulai sadar bahwa menulis adalah proses untuk pelepasan belenggu diri, maka berbagai bait-bait baik yang berasal dari pengalaman merasakan cinta, rindu, dan tekanan dalam bathinnya pun mulai dilahirkan dalam bentuk puisi. Selain itu, ia juga mulai percaya bahwa puisi adalah pemberontakan yang dipenuhi ruh kasih sayang. "Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang" ungkap lelaki yang akrab dipanggil Zacky ini mengutip Seno Gumiro Ajidarma. "Umar bin Khattab pun pernah berkata 'Ajarkanlah Sastra pada anak-anak kalian, sebab sastra akan mengubah yang pengecut menjadi pemberani'" lanjut Zacky kembali mencoba menegaskan kecintaannya yang seriusnya pada sastra.
Zacky Rizki Ibrahim dapat ditemui di twitter: @crazyckzack dan blog: crazyckzack.tumblr.com.
Berikut adalah beberapa puisinya:
Entah harus bagaimana hamba ceritakan
tentang perih kami yang bertutur
tentang syair mati yang dihidupkan kembali
tentang sejarah yang kehilangan ceritanya
Tuan
bagaimana perkampungan miskin orang-orang kami
bagaimana sekolah-sekolah kami,
bagaimana pusat kesehatan dipelosok kampung kami
bagaimana keadilan,
bagaimana kesejahteraan,
bagaimana, Tuan?
buka sedikit saja matamu, Tuan
lihatlah, masih banyak saudara kami yang belum makan
sementara kalian sudah kenyang dan mencuci tangan
tetangga kami yang petani
tubuhnya kering terbakar matahari
hitam legam belum makan lagi
nelayan dikampung kami
mengarungi laut membelah angin
menantang mati
menafkahi anak dan istri
lihatlah, Tuan.
kulit tubuh kami yang menghitam legam,
lelah kami membajak dada kami sendiri,
memakan benih-benih harapan kami yang mati.
lepaskankanlah sengsara kami,
hapuskanlah lapar kami.
dengarkan suara-suara kami
lenting perih kami yang setia ikhlas
ejawantahkanlah bahasa hati kami
artikan bahasa nurani kami
sebab pikiran dalam kepala kami
sebab harapan dalam dada kami
penuh dengan duka dan tangisan
maafkanlah kelancangan kami
karena kini harus mencabuti duri-duri dari tubuh kami sendiri
dari pikiran-pikiran kami sendiri
dari hati kami sendiri
kini harus kami petik airmata kebencian kami
mewakili saudara-saudara kami
kemiskinan - kemiskinan kami
sengsara kami
belenggu kami
kerontang hati kami
harapan-harapan kami
O
kepala ke kepala segala penuh perih
tubuh ke hati penuh perih
pikiran kami penuh perih
harapan kami penuh perih
rasakanlah perih kami
kemiskinan kami
sengsara kami
harapan kami
bebaskanlah perih kami
kepala ke kepala segala penuh perih
tubuh ke hati penuh perih
pikiran kami perih
harapan kami perih
O
kepala ke kepala segala penuh perih
tubuh ke hati penuh perih
rasakan perih kami
rasakan perih kami
rasakan perih kami
rasakanlah
perih kami
**
Yogyakarta, 1 Februari 2014
ACEH MILIK SIAPA
Aceh
siapa milik siapa
Aceh siapa
siapa yang memiliki
Aceh ku
bukan Aceh mu
Aceh mu bukan Aceh mereka
mereka siapa
mereka serigala
berbulu Domba
bernafas Naga
bertaring Singa
Aceh kita kini
ibarat kasur kapuk
yang lapuk
penuh dengan kutu busuk
Aceh kita kini
layaknya hutan liar
penuh hewan pemangsa
yang buas
haus darah
kuasa
Aceh kita kini
menjadi Aceh mereka
yang berkata pernah berjuang
demi merdeka
Aceh kita kini
menjadi bukan Aceh kita lagi
Aceh kita
yang selalu terjunjung melangit tinggi
yang selalu setia untuk tetap kita cintai
Aceh kita kini
siapa miliki?
Cinta dan Tuhan
Kelak, ketika usia datang dan ingatan kembali dihidupkan
ada yang tumbuh dalam pikiran
tentang kenang-kenangan
tentang cinta yang tak kenal lelah
tentang Tuhan yang mempersatukan
Kelak ketika kita duduk berdua diberanda
menyaksikan dunia dan mengingat masalampau
kisah-kisah cinta yang indah
Yang ditulis diatas semesta kata
oleh penyair paling ternama
: Tuhan
Maka ingatlah satu hal
hidup adalah fana, namun tidak dengan cinta
satukan cinta dengan keutuhan Tuhan
sebab, akan ada kebahagiaan berlebih
dalam surga dunia dan akhirat.
maka sebab aku mencintai kau karena
: Tuhan
Yogyakarta 2012.
Kepada Maghrib
waktu berjalan perlahan
cakrawala tenggelam, pelan
senja menyongsong kelam
suara panggilan meneriak, bersahutan
maghrib gelegar
ku tuju lantai sujud, menyembah
sujud getar
doa-doa mengakar
ku ukir namamu
diatas sajadah lusuh
agar setiap tengadah
jemari, bibir dan fikir setia menyebutmu
dengarkan, kekasih
suara lelahku
wirit lemahku
gerutu bibirku
namamu menjelma doa
membentuk butiran-butiran salju, sejuk, pada kalbu
maka seraya mendepak segala ragu
membuang segala pilu
aku mengundang haru, sekali lagi
mengukir namamu
menyatu di singgasana rindu
Yogyakarta 2012
Kepada Pohon Tubuhmu
Akulah ranting patah
dari batang pohon hatimu
yang rapuh.
dari batang pohon hatimu
yang rapuh.
Aku mencintai tubuhmu
namun kau lebih ingin aku
mencintai tanah suburmu.
namun kau lebih ingin aku
mencintai tanah suburmu.

Akulah daun luruh
dari ranting yang goyah
yang lepas dari pohon tubuhmu,
yang jatuh
lalu berenang dalam banjir
airmatamu.
dari ranting yang goyah
yang lepas dari pohon tubuhmu,
yang jatuh
lalu berenang dalam banjir
airmatamu.
Akulah bebuahan
yang telah matang
di kedua dadamu
yang ranum
yang telah matang
di kedua dadamu
yang ranum
Akulah engkau yang pohon
yang patah,
yang luruh dedaun nya,
yang ranum berbuah,
yang sebentar lagi mati
dalam lemah
yang patah,
yang luruh dedaun nya,
yang ranum berbuah,
yang sebentar lagi mati
dalam lemah