Yuslizar Yuslizar dilahirkan di Banda Aceh tanggal 23 Juli 1937. Ia merupakan salah satu putra Aceh yang mampu mengangkat citra daerahn...
![]() |
Yuslizar |
Yuslizar dilahirkan di Banda Aceh tanggal 23 Juli 1937. Ia merupakan salah satu putra Aceh yang mampu mengangkat citra daerahnya ke permukaan lewat karya-karya tari yang dihasilkannya. Sebagai seorang koreografer, karya-karya yang telah dilahirkannya memanglah tidak hanya berangkat atas prakarsa dirinya sendiri, melainkan atas berbagai bantuan baik moril dan materil dari orang-orang di sekitarnya.
Kepekaan Yuslizar dalam menghadirkan keindahan dan mentransformasikan pikiran orang lain ke dalam karya tari di luar dirinya ternyata telah diwarisinya sejak masa kanak-kanak. Selanjutnya bakat dan kemampuan motoriknya terus dipupuk dan dikembangkan di luar waktu pendidikan formal yang dilaluinya, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Bakat seninya yang begitu kuat membuat ia selalu mencari ruang dan kesempatan untuk berksplorasi dan menimba ilmu di bidang seni. Keinginannya tersebut terlihat ketika ia mulai mengikuti kursus-kursus tari baik di Aceh dan di Jakarta. Tidak hanya mempelajari tentang tari, Yuslizar juga mempelajari tentang tata rias dan tata ruang.
Pengetahuan dan ilmu beragam tersebut merupakan cikal-bakal tampilnya Yuslizar sebagai multiple talent dalam kancah tari. Sehingga ia bukan hanya mampu mengajarkan tari, namun juga berhasil menyulap penampilan penari agar mampu menghipnotis penonton secara keseluruhan penampilan.
Yuslizar yang telah mahir setelah mendapatkan ilmu hasil kursus tarinya tersebut pun pada tahun 1959 mulai menciptakan Tari Ranup Lampuan dan Meusare-sare. Kehadiran tari perdananya tersebut mendapat tempat di hati masyarakat dan pemerintah Aceh saat itu. Sehingga Yuslizar pun menjadi salah satu koreografer Aceh yang disegani.
Kepercayaan dari tokoh masyarakat, pemerintah, dan juga militer dengan memberikan kesempatan kepada Yuslizar untuk menggarap tari-tari baru yang bertemakan tentang kehidupan sosial masyarakat Aceh telah menjadikannya sangat dikenal oleh masyarakat Aceh. Komitmen pemerintah daerah untuk mengapresiasi Yuslizar dibuktikan dengan diangkatnya tari Ranup Lampuan sebagai materi ajar yang terus dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Yuslizar meninggal pada 6 Januari 1982, setelah menderita penyakit kolesterol di usianya 45 tahun. Karya-karyanya tetap dikenang masyarakat Aceh hingga saat ini, terutama tari Ranup Lampuan yang monumental. Namanya yang seakan hilang seiring apresiasi yang menipis di Aceh menjadi catatan kelabu bagi dunia kesenian Aceh. Tidak adanya penyebutan Yuslizar dalam setiap menampilkan karya-karya tarinya haruslah diakui sebagai bukti minimnya apresiasi.
Berikut adalah karya-karya yang pernah diciptakan Yuslizar semasa hidupnya di Aceh:
1. Tari Ranup Lampuan
2. Tari Mesare-sare
3. Tari Bungong Sinyong-nyong
4. Tari Tron U Laot.
5. Tari Poh Kipah
6. Tari Rebana
7. Sendratari Cakra Donya Iskandar Muda
8. Tari di Babah Pinto
9. Tari Bungong Jeumpa
10. Tari Peumulia Jamee
11. Tari Piasan Raya
12. Tari Geudumbak
13. Tari Geunta
Sumber:
Murtala, 2009, Tari Aceh, Yuslizar & Kreasi yang Mentradisi, No Government Individual, Banda Aceh.