Tjut Djalil Lahir di Banda Aceh, NAD, 11 Oktober 1932. Pendidikannya setamat SMP kemudian melanjutkan kursus Dinas Pegawai Pemerintah...
![]() |
Tjut Djalil |
Di Jakarta, ia masuk kedunia film sebagai penulis skenario dalam Orang-orang di Kebun Para (1964). Ditahun 1966, dengan berbekal kursus Elementer Sinematografi, ia mulai menjadi asisten sutradara. Ia kerap kali membuat film dokumenter. Namun seiring perjalanan waktu, ladang dalam film dokumenter semakin sempit. Order membuat film jenis itu semakin langka ia peroleh. Sehingga pada tahun 1974, Tjut mulai membuat film cerita. Tercatat puluhan film lahir lewat tangannya, termasuk beberapa buah film Warkop DKI. Film-film yang pernah di garapnya tersebut antara lain : Punahnya Rahasia Ilmu Gaib/Leak (1981), Jaka Sembung dan Bajing Ireng (1983), Permainan Tabu (1984), Ranjang Setan (1986), Depan Bisa Belakang Bisa (1987), Menumpas Petualangan Cinta (1989), Lupa Aturan Main (1990), dll. Filmnya Jaka Sembung dan Bajing Ireng (1983), bahkan terpilih ke dalam 12 pilihan Komite Seleksi FFI 1984 Yogyakarta.
Mulai menjadi sutradara pertama kali dalam film Ira Maya dan Kakek Ateng (1979). Ia sempat membuat kehebohan di dunia film, setelah film Pembalasan Ratu Laut Selatan (PRLS) (1988) yang di sutradarainya di anggap terlalu vulgar saat itu. Bahkan ia sempat di panggil KFT (Karyawan Film dan Televisi) untuk di mintai keterangan berkaitan dengan hebohnya film PRLS. Namun, sebagai seorang sutradara ia merasa telah melakukan semuanya dengan benar. Perbedaan pendapat, juga selera dengan masyarakat baginya wajar-wajar saja. Tjut justru balik bertanya “Apa salah saya membuat film itu ?”. Karena katanya semua prosedur pembuatan PRLS telah ditempuh secara benar. Selama tiga bulan proses pembuatan PRLS, ia telah bekerja semaksimal mungkin. Niatnya hanya ingin membuat film yang bagus, adegan seks yang diperlihatkan dalam PRLS baginya tak terlalu berlebihan. Sebagai film dewasa, itu kan biasa, tambahnyanya.
Terlepas dari itu semua, terhadap apapun yang sudah terjadi, bapak dari sembilan anak yang telah menunaikan ibadah haji ini tetap bertekad mempertaruhkan hidupnya di dunia film. Sebuah dunia yang, katanya, penuh lika-liku dan ia tetap berniat untuk survive. Pada tahun 1996, ia menyutradarai sinetron Senyum Bidadari. Kini Tjut Djalil Tinggal menetap di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur
Sumber : http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/djalil.html