Idris Sardi Salah satu maestro musik biola Indonesia yang berjuluk “Biola Maut” Lukman Sardi meninggal dunia. Ayah dari pemain film ...
![]() |
Idris Sardi |
Idris Sardi dikenal sebagai komponis dan ilustrator musik bertangan
dingin yang sudah menghasilkan sekitar 1.900
karya. Dalam dunia film, Ia pernah beberapa kali mendapat anugerah Piala
Citra kategori Penata Musik Terbaik untuk beberapa film yakni Pengantin Remaja
(1971), Perkawinan (1973), Cinta Pertama (1974), Doea Tanda Mata (1985).
Sebelumnya, Idris Sardi sudah dikabarkan dalam kondisi kritis dan
mendapat perawatan di rumah sakit. Menurut pengamat musik Amazon, Idris Sardi
yang sudah menderita sakit cukup lama ini dirawat di kediamannya di kawasan
Beji, Depok, Jawa Barat.
Idris Sardi lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta) pada 7 Juni 1938. Ia
adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Bp. Sardi. Kelincahan bermain
biola sejak masih kecil merupakan bakat yang turun dari orang tuanya. Sewaktu
di Yogyakarta (1952-1954), Idris Sardi pernah berguru pada George Setet dari
Hungaria dan seorang pimpinan Sekolah Musik yang juga mantan pemain cello pada
Orkes Philharmonic Tsar (Rusia) bernama Nikolai Varfolomeyev. Nikolai
adalah orang yang dari awal jatuh cinta pada Idris Sardi yang saat itu masih
berumur sepuluh tahun, sehingga menerimanya sebagai salah satu murid luar biasa
di sekolahnya.
Bukan cuma saat di Yogyakarta, Idris Sardi juga berguru pada
Henri Tordasi di Jakarta (setelah 1954). Henri Tordasi merupakan pemain biola
unggul dari Hungaria yang telah mendidik banyak pemain biola di Indonesia. Keseriusan
belajar musik Idris Sardi sejak kecil tersebut akhirnya juga telah mampu melahirkan
seorang murid hebat yang sukses menjadi violis perempuan papan atas Indonesia,
yaitu Maylaffayza Wiguna.
Belakangan, pada
tahun 2013 sebelum menggelar "Konser Tunggal Maestro Biola Idris
Sardi" di Theater Perpustakaan Nasional RI pada tanggal 16 Desember, Idris Sardi disibukkan dengan
penyusunan aransemen baru lagu-lagu musisi populer Malaysia berdarah Aceh era
dekade 60 dan 70-an, Tan Sri P. Ramlee, yang dimintakan Pemerintah Malaysia
untuk dipertunjukkan sebagai semangat identitas kebangsaan negara itu dalam
karya seni musik pada acara perayaan hari kemerdekaan yang ke-56.