Solo - Memperingati “Hari Tari Sedunia” setiap sudut kota Solo dihiasi dengan para penari yang menari selama seharian penuh (24 jam) di s...
Solo- Memperingati “Hari Tari Sedunia” setiap sudut kota Solo dihiasi
dengan para penari yang menari selama seharian penuh (24 jam) di sepanjang
Jalan utama Kota Solo.
Perayaaan
“Hari Tari Sedunia” tersebut merupakan kedelapan kalinya diadakan Solo. Acara yang
dimulai pada hari Selasa hingga Rabu (29-30/4/2014) tersebut selain menyuguhkan
berbagai tontonan tarian di sembilan titik lokasi menari juga menyuguhkan berbagai
acara menarik lainnya.
Adapun terdapat
enam agenda utama dalam kegiatan yang berlangsung selama 24 jam di Solo menari
tersebut. Diantaranya adalah pertunjukan tari selama 24 Jam di kompleks kampus
ISI Solo, pertunjukan tari di ruang publik di Soloraya, orasi tari oleh Sal
Murgianto, sarasehan tari, gelar maestro tari, dan suguhan utama melihat aksi
enam penari yang akan menari selama 24 jam.
Ratusan penonton yang berasal dari berbagai daerah antusias menghadiri perayaan Hari Tari Sedunia 2014 yang
mengusung tema “Dancing Out Loud, Suara Tubuh Membuka Hati” tersebut. Kebanyakan
dari mereka menikmatinya dengan ikut menari bersama.
Berbagai
seniman tari turut mengisi acara tersebut, diantaranya terdapat Daryono (ISI
Solo), Iwan Dadijono (ISI Jogja), Sekar Alit (Pasca-sarjana ISI Solo), Riyanto
(Alumnus ISI Solo yang sekarang bermukim di Jepang), dan Noorhaizah Adam
(Singapura). Sementara itu, salah satu seniman yang bernama Lyn Hanis dari
Singapura batal tampil karena harus mengikuti ujian studinya.
Tak hanya tari tradisi yang diberi ruang dalam pertunjukan
tersebut, namun tarian bergaya modern dan kontemporer juga mendapatkan tempat
yang sama. Warna-warni perbedaan aliran ini melebur dalam Karnaval Punk Rock
yang digelar di sepanjang Gedung Rektorat menuju Gedung F, kompleks kampus
setempat.***
