Lahir di Banda Aceh, 4 Maret 1913 dengan nama Abraham Titaley. Pendidikan MULO diselesaikannya 1933 di Banda Aceh. "Buaya Keronc...
Lahir di Banda Aceh, 4
Maret 1913 dengan nama Abraham Titaley. Pendidikan MULO diselesaikannya
1933 di Banda Aceh. "Buaya Keroncong" dan "Bapak Keroncong Indonesia" ini telah aktif menyanyi
sejak 1928 di Kutaraja dan tahun tiga puluhan pindah ke Jakarta. Di
sini ia tetap aktif sebagai penyanyi keroncong dan namanya mulai
dikenal dengan panggilan Bram ditambah embel-embel Aceh,
daerah kelahirannya. Akhirnya nama Bram Aceh populer dan ia terima
sebagai suatu kehormatan. Selama enam tahun berturut-turut (1933 s/d 1938) ia merajai Pasar Gambir (Pasar Malam tempo doeloe, yang dihidupkan kembali oleh Bang Ali dalam gaya baru: Pekan Raya Jakarta).
Usai rekaman piringan hiram pertama kali di His Master Voice (1934), Bram Aceh rencananya akan segera kembali ke Kutaraja. Karenanya dalam rekaman itu ia tampilkan sebuah lagu kenangan atas Kota Betawi: Selamat tinggal kota Betawi, saya pulang ke Kutaraja, selamat tinggal si jantung hati, jangan lupa kepada saya (Judul lagunya "Selamat Tinggal Kota Betawi"). Tapi rupanya "Si Jantung Hati" terlalu memikat dan ia batal kembali ke Kutaraja. Ia akhirnya mulai terjun ke musik Hawaian (1935), yang tetap digelutinya sampai tua, di samping juga tetap setia pada lagu keroncong.
Pada tahun 1955, Bram Aceh terpilih sebagai Juara I Keroncong Jakarta Raya dan Juara Keroncong Tempo Doeloe se-Jabotabek pada tahun 1980. Ia juga tampil di TVRI Stasiun Pusat Jakarta terutama dalam acara tetap Hawaian Senior sebulan sekali. Pertama kali tampil di TVRI, ia bersama El Shinta Hawaian Senior (1968-1976) pimpinan Mas Jos, kemudian di bawah pimpinan Pak Hoegeng dengan nama Ria Nusantara (1981). Selain hadir dalam irama hawaian, ia juga banyak tampil dalam acara Aneka Keroncong bersama OK Gita Pusaka pimpinan Achmad, Telerama dan Dari Masa ke Masa.
Sejak 1981 ia memimpin group hawaian yang ia dirikan bernama Anggrek Nusantara, mengadakan pertunjukan-pertunjukan untuk umum, antara lain Pasar seni, Marina dan Putri Duyung, semuanya di Taman Impian Jaya Ancol, juga di Orchid Palace Hotel dan beberapa hotel besar lainnya di Jakarta. Dua tahun berturut-turut (1981-1982) ia menyanyi di Pasar Malam Tong Tong di Den Haag (Belanda), yang diselenggarakan oleh orang-orang keturunan Indonesia. Darinyalah kita mengenal nama-nama Harvey Malaiholo, Irma June dan Glen Fredly, yang merupakan cucu-cucu yang mengikuti jejaknya di dunia musik. Bram Aceh meninggal pada tanggal 8 Mei 2001 di Rumah Sakit Tebet Jakarta karena faktor usia. Ia dikebumikan di Pemakaman Umum Mentengpulo Jakarta.
Usai rekaman piringan hiram pertama kali di His Master Voice (1934), Bram Aceh rencananya akan segera kembali ke Kutaraja. Karenanya dalam rekaman itu ia tampilkan sebuah lagu kenangan atas Kota Betawi: Selamat tinggal kota Betawi, saya pulang ke Kutaraja, selamat tinggal si jantung hati, jangan lupa kepada saya (Judul lagunya "Selamat Tinggal Kota Betawi"). Tapi rupanya "Si Jantung Hati" terlalu memikat dan ia batal kembali ke Kutaraja. Ia akhirnya mulai terjun ke musik Hawaian (1935), yang tetap digelutinya sampai tua, di samping juga tetap setia pada lagu keroncong.
Pada tahun 1955, Bram Aceh terpilih sebagai Juara I Keroncong Jakarta Raya dan Juara Keroncong Tempo Doeloe se-Jabotabek pada tahun 1980. Ia juga tampil di TVRI Stasiun Pusat Jakarta terutama dalam acara tetap Hawaian Senior sebulan sekali. Pertama kali tampil di TVRI, ia bersama El Shinta Hawaian Senior (1968-1976) pimpinan Mas Jos, kemudian di bawah pimpinan Pak Hoegeng dengan nama Ria Nusantara (1981). Selain hadir dalam irama hawaian, ia juga banyak tampil dalam acara Aneka Keroncong bersama OK Gita Pusaka pimpinan Achmad, Telerama dan Dari Masa ke Masa.
Sejak 1981 ia memimpin group hawaian yang ia dirikan bernama Anggrek Nusantara, mengadakan pertunjukan-pertunjukan untuk umum, antara lain Pasar seni, Marina dan Putri Duyung, semuanya di Taman Impian Jaya Ancol, juga di Orchid Palace Hotel dan beberapa hotel besar lainnya di Jakarta. Dua tahun berturut-turut (1981-1982) ia menyanyi di Pasar Malam Tong Tong di Den Haag (Belanda), yang diselenggarakan oleh orang-orang keturunan Indonesia. Darinyalah kita mengenal nama-nama Harvey Malaiholo, Irma June dan Glen Fredly, yang merupakan cucu-cucu yang mengikuti jejaknya di dunia musik. Bram Aceh meninggal pada tanggal 8 Mei 2001 di Rumah Sakit Tebet Jakarta karena faktor usia. Ia dikebumikan di Pemakaman Umum Mentengpulo Jakarta.
Sumber: www.jakarta.go.id